Regulasi Pembatasan Putaran Mesin Di Kejurnas Supermoto Serupa AP250 ARRC

Regulasi Pembatasan Putaran Mesin Di Kejurnas Supermoto Serupa AP250 ARRC

Home » Stories » Regulasi Pembatasan Putaran Mesin Di Kejurnas Supermoto Serupa AP250 ARRC
Boyo Maladi | 27 June 2023

Putaran pertama Kejurnas Supermoto di sirkuit Bukit Peusar Tasikmalaya pada 19-20 Mei 2023 lalu tak luput dari perhatian Gerry Salim, pembalap nasional yang berkompetisi secara penuh di kejuaraan Supersport (SS) 600 Asia Road Racing Championship (ARRC).

Meski tak ambil bagian, namun Gerry yang juga tergabung dalam 76Rider Supermoto Squad ini menyaksikan langsung Kejurnas Supermoto yang kembali digelar setelah vakum sejak 2018 ini.

Ia mengatakan, kedatangannya ini lebih pada memberikan support kepada Tommy Salim, kakak kandungnya yang juga tergabung dalam 76Rider Supermoto Squad ini.

Pada putaran pertama ini, Tommy berhasil keluar sebagai juara pertama kelas FFA 250cc dan juara dua FFA 450cc. 

Sementara di kelas Trail 180cc, Tommy menempati posisi ke-3, dan di kelas Trail 250cc ada di urutan ke-5.

“Ya memang kompetisi di kelas Trail 180cc dan 250cc ini sangat kompetitif. Masing-masing tim masih adaptasi dengan regulasi baru di kelas ini,” komentar Gerry.

Sebagai info, perubahan regulasi pada kejurnas Supermoto tahun ini adalah diwajibkannya pemakaian ECU produk lokal BRT, dan pembatasan limiter putaran mesin yang berbeda. 

Untuk Honda CRF dan Kawasaki KLX harus memakai ECU BRT, yang dipatok limiter pada 12.000 rpm. Sementara untuk Yamaha WR harus pakai ECU BRT dengan limiter yang dipatok pada 11.000 rpm. Perbedaan ini karena secara spesifikasi, Yamaha WR yang lebih unggul dibanding Honda CRF dan Kawasaki KLX.

Yamaha WR sudah memakai girboks 6-speed, sementara lainnya (Honda CRF dan Kawasaki KLX) masih girboks 5-speed. 

Kemudian Yamaha WR sudah memakai 4 klep, sementara CRF dan KLX masih 2 klep. Juga Yamaha WR sudah dilengkapi sistem pendingin cairan (radiator), sementara CRF dan KLX masih sistem pendingin udara.

Karena perbedaan spesifikasi mesin ini, maka peran ECU sangat besar dalam menjaga kompetisi yang berimbang, sehingga balap berlangsung seru.

Gerry menyebut regulasi pembatasan pemakaian ECU ini sangat tepat karena di beberapa kejuaraan balap internasional juga diterapkan regulasi serupa. Misal di ARRC 250, pembalap dengan poin ke-1 hingga ke-4 jika beda 25 poin dengan pembalap poin ke-lima, maka limiter mesin yang dipakai pembalap yang unggul 25 poin itu akan dikurangi 500 rpm. Tujuannya agar kompetitif.

Dan pengurangan limiter putaran mesin ini bersifat per kelipatan. “Seandainya beda poin dengan pembalap poin ke-5 sampai 50 poin, maka akan dikurangi 1.000 rpm,” lanjut Gerry.

Dengan demikian, performa motor benar-benar merata, tidak beda jauh dan kompetisi lebih ditekankan ke skill pembalap.

Itu karena pengurangan limiter mesin sebesar 500 rpm akan benar-benar terasa ke performa motor. Terutama dalam hal akselerasi.

Dari sini, pintar-pintarnya mekanik menyiasati jika pengurangan limiter mesin ini dikenakan. “Bisa diakali dengan settingan sprocket. Jadi akhirnya memang adu skill mekanik juga,” pungkas Gerry. 



MORE STORIES