Perjalanan Gerry Tembus Kompetisi International

Perjalanan Gerry Tembus Kompetisi International

Home » Stories » Perjalanan Gerry Tembus Kompetisi International
| 23 September 2020

Tidak mudah bagi seorang pembalap untuk mendapat kesempatan berlaga di kejuaraan internasional


Apalagi yang berstatus World Championship. Bahkan bagi Gerry Salim sendiri, pembalap kelahiran 19 April 1997 asal Surabaya yang tergabung ke dalam 76Rider SM Squad dan konsisten mengikuti berbagai ajang kejuaraan internasional, dirinya tak pernah membayangkan sebelumnya bisa mengikuti kompetisi internasional.

“Bagi Gerry, semua ini seperti mimpi karena dulu sejak mulai berlatih saat berusia 8 tahun dan mulai balapan umur 9 tahun, Gerry tak pernah kepikiran akan membalap ke luar negeri atau apa gitu. Sebab Gerry cuma terinspirasi Papa (Gunawan Salim, mantan pembalap nasional motocross) dan Tommy (kakak Gerry),” buka arek Suroboyo yang sudah pernah mengikuti beberapa kejuaraan internasional.

Sebut saja Asia Dream Cup (2013 dan menjadi runner-up), All Japan Championship (2014 - 2015), Asia Talent Cup (2015), Asia Road Racing Championship SuperSport 600cc (2016) dan Asia Road Racing Championship AP 250cc, FIM CEV Moto3 Junior World Championship dan Red Bull Rookies Cup (2018), FIM CEV Moto2 (2019).

“Pada kurun waktu tersebut, Gerry juga sempat gantikan pembalap Honda Asia Ai Ogura di Moto3 World Championship yang digelar di sirkuit Mugello, Italia 2019. Ini tentu terasa luar biasa karena Moto3 yang ini statusnya World Championship, sama dengan MotoGP World Championship.”

Kesempatan lain sebagai pembalap pengganti adalah ketika menggantikan Dimas Ekky di salah satu seri Moto2 World Championship 2019. Dimas saat itu terjatuh dan harus istirahat di beberapa seri, sehingga terpaksa harus digantikan beberapa pembalap, salah satunya Gerry Salim ketika di sirkuit Aragon.”

Dan tahun 2020 ini harusnya Gerry mengikuti kejuaraan Asia Road Racing Championship (ARRC) di kelas 1000 cc atau juga disebut Asia Superbike (ASB) 1000.

“Sayang karena event baru jalan satu kali di Malaysia, tapi karena ada COVID-19 Tim Honda Asia Dream Racing tempat Gerry bernaung memutuskan tidak berangkat. Dan sampai sekarang masih vakum,”tutur Gerry.

Dari semua raihan dan pengalaman ini, Gerry sempat bilang, ini semua juga karena faktor luck, selain usahanya yang keras.

“Bayangin, Gerry bisa mewujudkan semua ini karena ada full support dari Honda. Tidak semua pembalap punya keberuntungan itu. Sementara kalau Gerry lihat seperti di All Japan Championship, tim biasa tidurnya di sirkuit. Mereka keluar paling cuma makan, mandi, dan setelah selesai balik lagi ke sirkuit. Sampai-sampai tidur pun di dalam mobil. Mereka seperti ini sebab mereka membalap dengan uang orang tua. Jadi harus berhemat. Tapi yang harus diakui adalah kedisiplinan dan kesungguhan mereka,” kenang Gerry.

Termasuk ketika 76 Rider menunjuk Gerry sebagai ambassador sejak 2017. “Gerry merasa beruntung sekali karena masih bisa dapat support lagi. Kalau sama Honda, saya harus latihan di Jakarta. Nah sama 76Rider ini saya bisa latihan dengan terjamin di Gelora Bung Tomo, Surabaya,” syukur Gerry.

Kiranya ini yang menginspirasi Gerry memakai slogan BONEK dalam beberapa atribut yang dipakainya. “Saya terinspirasi dengan filosofi BONEK milik supporter Persebaya, yang merupakan singkatan dari Bondo Nekat (modal nekat). Dari sini terlihat keinginan untuk mencapai sesuatu dengan tekat kuat sebagai modal utama untuk berprestasi setinggi mungkin, termasuk di kejuaraan internasional!” semangat Gerry. (BM)



MORE STORIES