Apa Kehebatan Teknologi KTM 250 SX-F 2021 Besutan Tommy Salim?

Apa Kehebatan Teknologi KTM 250 SX-F 2021 Besutan Tommy Salim?

Home » Stories » Apa Kehebatan Teknologi KTM 250 SX-F 2021 Besutan Tommy Salim?
Boyo Maladi | 09 February 2021

Saat ini Tommy Salim, pembalap 76Rider Supermoto (SM) Squad sedang menunggu kedatangan mainan barunya, motor balap special engine KTM 250 SX-F terbaru tahun 2021, yang akan digunakannya bertarung di kelas FFA 250 Trial Game Asphalt mendatang. Ini yang bikin 76Rider penasaran pengen ngulik, apa sih kehebatan motor asal Austria ini?

Menurut Tommy, KTM 250 SX-F 2021 ini dikenal memiliki bobot paling ringan di kelasnya, yaitu 99 Kg saja. Bandingkan dengan Honda CRF250R 2021 yang berbobot 107.5 Kg, atau Kawasaki KX250 terbaru yang juga di kisaran 107.3 Kg.

Setelah 76Rider telisik lebih jauh, itu karena material rangka KTM 250 SX-F yang terbuat dari baja chromium molybdenum yang memiliki kekuatan di atas baja karbon, tapi dengan berat lebih ringan.

Keunggulan dalam bobot lebih ringan ini juga ada pada sektor mesin. KTM 250 SX-F berbobot hanya 25.9 Kg saja, dan memiliki layout lebih kompak, tapi memiliki power di atas rivalnya.

Mengutip hasil pengujian di atas mesin dyno yang dilakukan Dirt Rider (dirtrider.com) meskipun didesain untuk bisa berlari di putaran mesin atas, tapi KTM 250 SX-F 2021 juga menghasilkan figur tenaga mesin dan torsi terbaik. Bahkan untuk urusan tenaga puncak KTM 250 SX-F 2021 paling tinggi di kelasnya, dengan 41.1 HP pada putaran mesin tertinggi 13,700 rpm.

“Di luar itu sebenarnya teknologi motor balap supermoto itu hampir-hampir sama untuk semua merek. Pabrikan tinggal berlomba mengembangkannya sambil terus meriset teknologi baru lagi,” lanjut Tommy yang pernah merajai Trial Game Asphalt 2019.

“Bahkan beberapa fitur dalam hal sistem elektronik juga mulai diterapkan ke motor jalan raya, karena memang tujuan riset dan pengembangan  teknologi di balap itu ditujukan untuk pemakaian umum.”

Sebut saja Traction Control (TC) yang mengontrol traksi atau gigitan roda ke tanah atau aspal terus maksimal, meskipun dalam kondisi hujan.

“TC ini sangat membantu menghindarkan kita dari kemungkinan high-side (jatuh)  atau sliding (tergelincir) ketika hujan. Sebab ada sensor yang memastikan putaran roda belakang menyesuaikan dengan roda depan,” ujar Tommy sambil menambahkan sekarang ini TC sudah mulai ramai dipasang di motor tipe sport jalan raya.

Ditambahkannya, sensor ini yang mengontrol bukaan gas. “Kalau kita melakukan kesalahan buka gas terlalu dalam, dan sensor membaca putaran roda belakang jauh lebih tinggi dari roda depan, maka sensor ini secara otomatis mematikan sementara pengapian dan aliran bahan bakar. Jadi meski gas dibuka dalam-dalam, roda belakang nggak bakal sliding.”

Selain TC ada juga sistem elektronik yang lain, yakni Launch Control yang berfungsi membantu rider melakukan start dengan baik. Terhindar dari kemungkinan roda depan terangkat, atau ban belakang sliding, dengan cara membatasi engine speed maksimum di awal start.

Nah menurut Tommy, teknologi Launch Control ini ada di hampir semua merek motor. “Tapi lucunya enggak semua rider bisa mengoperasikannya. Sebab mengoperasikannya harus menekan 2 tombol secara bersamaan dan menahannya sesaat, ketika motor dalam kondisi diam. Satu tombol TC, dan ada satu lagi tombol yang juga ada pada map switch di handlebar (setang), yang harus dipencet barengan,” tunjuk Tommy.

Soal map switch yang ada di setang ini adalah tombol untuk memilih setting mesin (engine map) yang diatur oleh ECU. “Di motor ada dua engine map, yaitu Map 1 dan Map 2. Sementara di Honda ada 3,” sebut Tommy.

Dikatakannya, Map 1 dan Map 2 ini mengatur basah atau keringnya campuran bahan bakar dan udara. “Kalau untuk trek pendek, misalnya. Saya akan pilih settingan kering. Sementara untuk trek panjang yang butuh top speed saya pilih setelan basah,” kata Tommy sambil mengatakan, sistem mapping ini sangat membantu karena karakter sirkuit yang dipakai balap itu beda-beda. (BM)



MORE STORIES